Kamis, 31 Oktober 2013

Perlawanan Rakyat Indonesia dan PETA Terhadap Jepang



A.      Perlawanan oleh rakyat Indonesia

1.    Perlawanan rakyat Cot Plieng-Aceh
                     Terjadi pada tanggal 10 November 1942 yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil sebagai            akibat penindasan Jepang terhadap rakyat Cot Plieng-Aceh dan cukup menarik perhatian,                    karena rakyat Aceh memiliki keberanian melawan Jepang meskipun menimbulkan korban                  jiwa.

2.    Perlawanan rakyat Sukamanah, Singaparna (Jawa Barat)
Terjadi pada tanggal 25 Februari 1944 yang dipimpin oleh K.H Zainal Mustafa. Jepang memaksa agar K.H Zainal Mustafa beserta pengikutnya melakukan penghormatan dengan cara membungkukkan badan (Seikeirei) kepada Kaisar Jepang yang dianggap dewa. Dan K.H Zainal Mustafa menolak karena bertentangan dengan ajaran Islam.

3.    Perlawanan rakyat Lohbener dan Sindang (pantai utara Cirebon, Jawa Barat)
Terjadi pada tanggal 30 Juli 1944 yang dipimpin oleh H. Mardiyas, H. Kartiwea dan Kiai Srengseng sebagai akibat penjajah Jepang menyiksa rakyat di desa Cidempet kecamatan Lohbener secara kejam.

4.    Perlawanan rakyat Pontianak (Kalimantan Barat)
Terjadi pada tanggal 16 Oktober 1944 yang dipimpin oleh para pemuda yang akan melakukan perlawanan terhadap Jepang dengan berkumpul terlebih dahulu di Gedung Medan Sepakat Pontianak. Perlawanan ini terjadi karena Jepang melakukan pembunuhan terhadap rakyat setempat.

B.       Perlawanan Pembela Tanah Air (PETA)

   1.    Perlawanan PETA di Blitar (Jawa Timur)
Pada tanggal 14 februari 1945, prajurit-prajurit PETA di Blitar di bawah pimpinan Shodanco Supriyadi, melaksanakan perlawanan terhadap Jepang. Upaya yang dilakukan Jepang untuk menghadapi perlawanan PETA di Blitar yakni dengan menempatkan pasukan tentaranya yang dilengkapi dengan tank-tank dan pesawat terbang.
Pada pertempuran itu, Shodanco Supriyadi dibantu oleh Shodanco Muradi mulai terdesak oleh pasukan Jepang, namun akhirnya Muradi menyerah kepada serdadu Jepang.

      2.    Perlawanan PETA di Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam)
Pada bulan November 1944, meletus perlawanan Aceh terhadap Jepang yang dipimpin oleh Teuku Hamid. Meskipun masih berusia sekitar 20 tahun, tetapi ia memiliki keberanian memimpin dua peleton pasukan Giyugun untuk melawan Jepang dengan cara keluar dari asrama Giyugun di Jangka Buaya (Aceh), kemudian membentuk markas pertahanan di lereng-lereng gunung. Melihat perlawanan ini, pasukan Jepang bertindak cepat dengan cara menyandera dan mengancam akan membunuh semua anggota keluarga Teuku Hamid jika ia tidak menyerah, akhirnya Teuku Hamid pun terpaksa menyerah.

     3.    Perlawanan PETA di Gumilir (Cilacap, Jawa Tengah)
                    Perlawanan ini dipimpin oleh Khusaeri, seorang Budaneo (Komandan Regu).Perlawanan             ini cukup hebat, tetapi Kushaeri dan kawan-kawannya menyerah. Pada bulan Juli 1944,                       kedudukan Jepang semakin terdesak oleh Sekutu. Karena itu, Jepang memberikan                                 kemerdekaan kepada beberapa negara di Asia yang didudukinya seperti Birma dan Filipina.                 Indonesia pun juga dijanjikan akan diberi kemerdekaan oleh Jepang melalui Jendral Koiso,                 rencananya pada tanggal 7 September 1945. Pada tnaggal 15 Agustus 1945, bangsa Indonesia             menerima kabar tentang kekalahan Jepang dari Sekutu melalui Sultan Syahrir.

3 komentar: